Minggu, 14 September 2014

karya yang begitu indah yang mana selalu mengingatkan kita kepada Nabi Muhammad SAW saat membacanya. begitu juga dengan karya tulisku yang membahas dan mencoba menelaah tentang kitab Maulid Al Barzanji.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia yang mana pada dasarnya adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang dimiliki setiap individu sehingga dapat hidup secara optimal, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat, serta memiliki nilai – nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya. Dengan demikian pendidikan dipandang sebagai usaha sadar yang bertujuan dan usaha mendewasakan anak.[1]
Pendidikan juga suatu usaha investasi manusia yang sangat berharga bagi pembinaan dan kelangsungan  bangsa dan negara. Pendidikan sesungguhnya merupakan pembibitan generasi penerus yaitu persemian tunas bangsa yang pada waktunya akan ditebarkan dalam masyarakat sebagai pemegang tongkat tanggung jawab dalam membangun bangsa dan negara. Oleh karena pendidikan adalah bagian terpenting dalam kehidupan yang harus ditangani dan menjadi tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun swasta, pejabat maupun rakyat, masyarakat maupun orang tua.
Selain itu pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia yang harus dipenuhi sepajang hayat. Tanpa pendidikan mustahil orang dapat hidup berkembang dan mengikuti zaman yang semakin maju dan moderen. Hal tersebut sesuai dengan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang mengatakan bahwa :
1
 
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.[2]
Berdasarkan fungsi yang sudah terpaparkan di atas, jelas bahwa pendidikan disemua jenjang harus dilaksanakan secara sistematis guna mencapai tujuan yang diinginkan yaitu mencetak generasi yang cerdas tetapi tidak dalam bidang intelektual saja, namun selain mampu melahirkan generasi cerdas tetapi mempunyai akhlakul karimah.
Karena pendidikan dianggap sebagai salah satu solusi yang dapat dijadikan cara dalam pembentukan kepribadian dan karakter yang baik. Menurut Muhammad Nuh yang dikutip oleh Nurla Isna Aunillah, bahwasanya proses pendidikan pada dasarnya berfungi menyiapkan peserta didik agar mampu membangun kehidupan dan menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dimasa mendatang, oleh karena itu, pendidika karakter merupakan bagian dari upaya untuk menyiapkan peserta didik supaya ia menjadi pribadi yang unggul dan berkarakter.[3]
Terkait dengan hal tersebut, aspek pendidikan akhlak atau pembentukan akhlak menempati urutan yang sangat diutamakan dalam pendidikan, bahkan harus menjadi tujuan prioritas yang harus di capai. Hal ini karena dalam dinamika kehidupan, akhlak merupakan mutiara hidup yang dapat membedakan manusia dengan makhluk Allah yang lain. jika manusia tidak berakhlak maka akan hilanglah derajat kemanusiaanya sebagai makhluk Allah yang paling mulia, karena manusia akan terlepas dari kendali nilai-nilai seharusnya dijadikan pedoman dan pegangan dalam kehidupan  ini.
Bahkan lebih dari sekedar itu, jatuh bangunnya, jaya hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat sangat bergantung kepada bagaimana akhlaknya, apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah lahir dan batinnya. Sebagaimana ungkapan penyair Syauqi Bek yang dikutip oleh Rahmat Djatnika yang berbunyi:
Artinya:  Sesungguhnya bangsa itu jaya selama mereka masih mempunyai akhlak yang mulia, maka apabila akhlak (yang baik) telah hilang, maka hancurlah bangsa itu.[4]
Akhlak mulia merupakan aspek paling penting dalam mendidik anak. Bahkan suatu bangsa yang berkarakter juga ditentukan oleh akhlak bangsanya. Karakter seorang manusia itu perlu dibangun sejak dini. Menurut Doni Koesuma Albertus, karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang, misalnya pengaruh keluarga pada masa kecil dan bawaan seseorang sejak lahir.[5]
Karena anak merupakan pondasi awal sebuah kehidupan, dengan kita menanamkan nilai-nilai karakter yang baik yaitu dengan mengenalkan perbuatan mana yang harus dilakukan dan perbuatan mana yang harus dijauhi bahkan jangan sampai melakukannya, pasti nantinya anak akan melaksanakan nilai-nilai baik tersebut sampai dewasa.
Mengingat pentingnya karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlunya pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa pembentukan karakter merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Oleh karakter itu diperlukan kepedulian oleh berbagai pihak, baik oleh pemerintah, masyarakat, keluarga maupun sekolah. Kondisi ini akan terbangun jika semua pihak memiliki kesadaran bersama dalam membangun pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter harus menyertai semua aspek kehidupan termasuk dilembaga.[6]
Menurut Ellen G. White mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Ada dua pendapat tentang pembentukan atau pembangunan karakter. Pendapat pertama bahwa karakter merupakan sifat bawaan dari lahir yang tidak dapat atau sulit diubah atau dididik. Pendapat kedua bahwa karakter dapat diubah atau dididik melalui pendidikan. Adapun pendapat yang kedua ini sesuai dengan Surat Ar Ra’d Ayat 11, yang bunyinya :
žcÎ) ©!$# Ÿw çŽÉitóム$tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçŽÉitóム$tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 ÇÊÊÈ  
Artinya : Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Sebenarnya pendidikan karakter bangsa Indonesia telah dipelopori oleh tokoh pendidikan kita Ki Hajar Dewantara yang tertuang dalam tiga kalimat (walaupun konsep ini belum sepenuhnya dapat diterapkan oleh bangsa kita), yang berbunyi :
Ing ngarso sung tuladha
Ing madya mbangun karsa
Tut wuri handayani. [7]
Tanpa karakter, seseorang dengan mudah melakukan sesuatu apa pun yang dapat menyakiti atau menyengsarakan orang lain. Seperti halnya saat ini sering sekali kita mendengar masalah pertengkaran, pembunuhan, pemerkosaan, pemakaian narkoba, pelacuran, semuanya sudah merajalela. Oleh karena itu, kita perlu membentuk karakter untuk mengelola diri dari hal-hal negatif. Dengan banyaknya bermunculan perbuatan yang negatif, mulai dirasakan dampaknya yaitu munculnya individu-individu yang gelisah, gundah gulana, rasa  sepi  yang  tak  beralasan  bahkan  sampai  pada  tingkat  keinginan  untuk bunuh  diri.  Keadaan ini tentunya sudah menyangkut pada akhlak manusia dalam mengarungi   kehidupan yang makin kompleks. Mulailah manusia melirik kembali pribadi Rasulullah SAW terutama akhlaknya. Dalam Al-Quran ditegaskan:
y7¯RÎ)ur 4n?yès9 @,è=äz 5OŠÏàtã ÇÍÈ  
Artinya : “ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S. al-Qalam: 4)[8]
Keluhuran akhlak Nabi SAW telah mendorong umatnya untuk mengenang   dan mengkaji kembali tentang kelahiran, perjuangan dan akhlaknya. Salah satu kegiatan umat Islam yang sering terdengar dan terlihat adalah pembacaan Maulid Al-Barzanji yang disusun oleh Ja’far bin Hasan bin Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanji al-Kindi. Kitab ini merupakan sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad SAW. Kitab ini memuat riwayat kehidupan Nabi Muhammad SAW, silsilah keturunannya, serta kehidupannya semasa kanak-kanak, remaja dan pemuda hingga ia diangkat menjadi Rasul.
Dengan membaca kitab Al-Barzanji dimaksudkan agar si pembaca mampu mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya khususnya nilai pendidikan karakter. Karena dalam kitab ini banyak sekali karakter Nabi Muhammad yang bisa dijadikan sauritauladan yang baik. Bertolak dari keterangan  tersebut  mendorong  peneliti  mengangkat  tema dengan judul: NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB MAULID AL-BARZANJI KARYA SYEKH JA’FAR AL-BARZANJI ".

B.     Fokus Penelitian
Sebenarnya di dalam kitab Al-Barzanji karangan Syeh Ja’far Al-Barzanji terdapat bermacam-macam pembahasan, mulai dari pujian-pujian untuk Nabi Muhammad SAW, sejarah Nabi Muhammad SAW, Akhlak Nabi Muhammad SAW. Tetapi untuk membatasi karya ilmiah ini, yang penulis akan bahas adalah tentang Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang ada di dalam kitab Maulid Al-Barzanji.

C.    Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter dalam Kitab Maulid Al-Barzanji ?
2.      Bagaimanakah cara meneladani pribadi Nabi Muhammad SAW dalam Kitab Maulid Al-Barzanji dan relevansinya pada zaman sekarang ini ?

  1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut :
a.       Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter dalam Kitab Maulid Al-Barzanji.
b.      Untuk mengetahui cara meneladani pribadi Rasulullah yang terkandung dalam Kitab Maulid Al-Barzanji.

  1. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1.      Teoritis
Nilai guna yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan karakter.
b.      Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih informasi/ bahan acuan bagi yang berminat mengadakan penelitian tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab Al-Barzanji.
c.       Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan materi nilai-nilai pendidikan karakter dalam rangka pembentukan generasi yang lebih baik.
2.      Manfaat Praktis
Memberikan informasi tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam kitab maulid Al-Barzanji.



[1] Dr. H. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Di Sekolah, Sinar Baru Al Gensindo, Bandung, 1991, hal. 2
                [2] M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa, Yuma Pustaka, Surakarta, 2010, hlm. 2
                [3] Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, Laksana, Jogjakarta, 2011, hlm. 137
                [4] Prof.Dr. Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam, Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1992, hlm. 15.
                [5] Doni Kusuma A., Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Grasindo, Jakarta, 2010, hlm. 80.
                [6] M. Furqon Hidayatullah, Op Cit, hlm. 3
                [7] Zainal Aqib, Pendidikan KarakterMembangun Perilaku Positif Anak Bangsa, Yrama Widya, Bandung, 2011, hlm. 41
                [8] Soenarjo, Al-Quran dan Terjemahnya, Toha Putra, Semarang, 1993, hlm. 960.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar